TAKSONOMI BLOOM LAMA DAN HASIL REVISI
Assalamualaikum Wr.Wb.
Hallo sobat ku semua, kembali lagi bersama aku Riska Fitriani. Kali ini aku akan berbagi ilmu tentang "Perbedaan Taksnomi Bloom Lama dan Hasil Revisi".
Yuks di baca dan simak baik-baik ya! :)
Pada
tahun 1956 Benyamin Bloom menyampaikan gagasannya berupa taksonomi tujuan pendidikan
dengan menyajikannya dalam bentuk hirarki. Tujuan penyajian ke dalam
bentuk hirarki system klasifikasi hirarki ini dimaksudkan untuk mengkategorisasi hasil perubahan pada
diri siswa sebagai hasil buah pembelajaran. Bloom dalam taksonominya, yang
selanjutnya disebut Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom itu
merupakan penggolongan (klasifikasi) tujuan pendidikan (ada yang
menyebutnya sebagai perilaku intelektual/ ”intellectual behavior”) yang
dalam garis besar terbagi menjadi tiga ranah atau kawasan (“domain”),
yaitu ranah kognitif (berkaitan dengan kognisi
atau penalaran/pemikiran–dalam bahasa pendidikan Indonesia disebut
“cipta”), ranah afektif (berkaitan dengan afeksi atau “rasa”), dan ranah
psikomotor (berkaitan dengan psikomotor atau gerak jasmani-jiwani,
gerak-gerik jasmani yang terkait dengan jiwa).
A. Taksonomi
Bloom Lama
Pada tahun 1956 Bloom mengklasifikasikan tujuan kognitif
kedalam 6 level, yaitu:
1. Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk.
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk.
2. Pemahaman
(comprehension)
Berhubungan
dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu. Dalam tingkatan ini siswa
diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan
beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkannya dengan ide-ide lain
dengan segala implikasinya. Berisikan kemampuan mendemonstrasikan fakta
dan gagasan mengelompokkan dengan mengorganisir, membandingkan, menerjemahkan,
memaknai, memberi deskripsi, dan menyatakan gagasan utama.
3. Aplikasi
(apply)
Di
tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur,
metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi
informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada
di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya
kualitas dalam bentuk fish bone diagram.
4. Analisis
(analysis)
Di
tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan
membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil
untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan
faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di
level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject,
membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan
setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
5. Sintesis
(synthesis)
Satu
tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan
struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan
mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan
solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas
mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan
pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
6. Evaluasi (evaluation)
B. Hasil Revisi Taksonomi Bloom
Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin
Anderson Krathwohl dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki
taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut
baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi
hanya dilakukan pada ranah kognitif.
Revisi tersebut meliputi:
a. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi
kata kerja untuk setiap level taksonomi.
b. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6 (Utari,2016).
b. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6 (Utari,2016).
Perubahan- perubahan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Dimensi proses
kognitif
a. Mengingat (C1)
Kategori Mengingat adalah mengambil pengetahuan
yang dibutuhkan dari memori jangka panjang seorang siswa. Dua proses kognitif
yang berkaitan dengan kategori ini adalah menyadari atau recoqnizing dan
mengingat kembali atau recalling. Jenis pengetahuan yang relevan dengan
kategori ini adalah pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan
prosedural, dan pengetahuan metakognitif, serta kombinasi-kombinasi yang
mungkin dari beberapa pengetahuan ini (Anderson, & Kratwhol; 2001).
b. Memahami
(C2)
Seorang peserta didik dikatakan memahami jika
mereka dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran baik dalam
bentuk lisan, tertulis dan grafik (gambar) yang disampaikan melalui pengajaran,
penyajian dalam buku, maupun penyajian melalui layar komputer. Peserta didik
dapat memahami jika mereka menghubungkan pengetahuan baru yang sedang mereka
pelajari dengan pengetahuan yang sebelumnya telah mereka miliki. Lebih
tepatnya, pengetahuan baru yang sedang mereka pelajari itu di padukan dengan
skema-skema dan kerangka-kerangka kognitif yang telah ada. Lantaran
konsep–konsep di otak seumpama blok–blok bangunan yang di dalamnya berisi
skema–skema dan kerangka–kerangka kognitif. maka pengetahuan konseptual
(conceptual knowledge) merupakan dasar dari proses memahami. Proses-proses
kognitif yang termasuk dalam kategori Memahami meliputi proses
menginterpretasikan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menduga,
membandingkan, dan menjelaskan (Anderson, et al. 2001).
c.
Mengaplikasikan (C3)
Kategori mengaplikasikan ini sangat erat
kaitannya dengan pengetahuan prosedural atau procedural knowledge. Soal latihan
atau exercises merupakan jenis tugas yang prosedur penyelesaiannya telah
diketahui siswa, sehingga siswa dapat menggunakannya secara rutin. Suatu
masalah merupakan jenis tugas yang penyelesaiannya belum diketahui siswa,
sehingga mereka harus menemukan prosedur yang tepat untuk memecahkan
permasalahan tersebut (Anderson, et al. 2001).
d.
Menganalisis (C4)
Yang termasuk dalam kategori menganalisis adalah
proses mengurai suatu materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan
hubungan antara bagian -bagian tersebut dan hubungan antara bagian-bagian
tersebut dengan materi tersebut secara keseluruhan. Kategori proses
menganalisis ini mencakup proses-proses membedakan (differentiating),
mengorganisasi (organizing), dan menghubungkan (attribute) (Anderson, et al. 2001).
e. Mengevaluasi (C5)
Kategori mengevaluasi diartikan sebagai tindakan
membuat suatu penilaian (judgement) yang didasarkan pada kriteria dan standar
tertentu. Kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas,
dan konsistensi. Kriteria–kriteria ini ditentukan sendiri oleh siswa. Standar
yang bisa digunakan bisa berupa standar kuantitatif maupun standar kualitatif.
Standar-standar tersebut kemudian diterapkan pada kriteria-kriteria yang
dipilih tadi. Kategori mengevaluasi mencakup sejumlah proses kognitif, yaitu
memeriksa (checking), dan mengkritik (critiquing). Proses memeriksa atau
checking merupakan proses membuat penilaian terhadap suatu kriteria internal,
sementara proses mengkritik atau critiquing merupakan proses membuat penilaian
yang didasarkan pada kriteria-kriteria eksternal (Anderson, et al. 2001).
f. Mencipta (C6)
Proses menyusun sejumlah elemen tertentu menjadi
satu kesatuan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan pengajaran yang
termasuk kedalam kategori mencipta ini adalah mengajarkan pada para siswa agar
mampu membuat suatu produk baru dengan mengorganisasi sejumlah elemen atau
bagian jadi suatu pola atau struktur yang belum pernah ada atau tidak pernah
diprediksi sebelumnya. Proses-proses kognitif yang termasuk kedalam kategori
ini biasanya juga dikoordinasikan dengan pengalaman belajar yang sudah dimiliki
oleh para siswa sebelumnya. Meskipun kategori menciptakan ini mengharuskan
adanya suatu pola pikir kreatif dari pihak siswa, pola pikir kreatif tersebut
tidak sepenuhnya terbebas dari tuntutan-tuntutan atau batasan-batasan yang
telah ditentukan dalam suatu pengajaran pelajaran atau batasan-batasan yang
terjadi dalam situasi tertentu (Anderson, et al. 2001).
Hal yang sama sekali baru adalah munculnya dimensi yang lain dalam taksonomi Bloom, yaitu dimensi pengetahuan kognitif. Dimensi pengetahuan kognitif dibedakan pula secara hirarkhis menjadi empat kategori yaitu: pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, serta pengetahuan metakognitif.
Dimensi
Pengetahuan
1. Pengetahuan faktual
Pengetahuan faktual adalah pengetahuan tentang
elemen – elemen dasar yang harus diketahui siswa untuk mempelajari satu
disiplin ilmu atau untuk menyelesaikan masalah–masalah dalam disiplin ilmu
tersebut (Anderson, et al. 2001).Pengetahuan faktual terdiri atas 2 jenis
pengetahuan tentang terminologi dan pengetahuan tentang detail–detail dan
elemen–elemen yang spesifik. Pengetahuan tentang terminologi meliputi
pengetahuan tentang label dan simbol verbal dan nonverbal. Pengetahuan tentang
detail–detail dan elemen–elemen yang spesifik merupakan pengetahuan tentang
peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi, dan semacamnya.
2. Pengetahuan
konseptual
Hubungan–hubungan antar elemen dalam sebuah
struktur besar yang memungkinkan elemen–elemennya berfungsi secara bersama–sama
(Anderson, et al. 2001: 41).Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang
kategori, klasifikasi, prinsip dan generalisasi serta pengetahuan tentang
teori, model, dan struktur (Anderson, et al. 2001: 71).
3. Pengetahuan
prosedural
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
cara “melakukan sesuatu” (Anderson, et al. 2001: 77). Menurut Alexander,
Schallert, & Hare, 1991; Anderson, 1993; dejong & Ferguson – Hessler,
1996; Dochy & Alexander, (1995) dalam Anderson, et al. (2001: 77),
pengetahuan ini mencakup tentang keterampilan, algoritma, teknik, dan metode,
yang semuanya di sebut sebagai prosedur (Ramalisa, et al. 2014: 30).
Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang urutan kaidah-kaidah,
prosedur-prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan soal-soal matematika.
Salah satu ciri pengetahuan prosedural adalah
adanya urutan langkah yang akan ditempuh yaitu sesudah suatu langkah akan
diikuti langkah berikutnya. Pemahaman konsep yang tidak didukung oleh
pengetahuan prosedural akan mengakibatkan siswa mempunyai intuisi yang baik
tentang suatu konsep tetapi tidak mampu menyelesaikan suatu masalah (
Matunisma, 2012).
4. Pengetahuan
metakognisi
Pengetahuan metakognisi adalah pengetahuan
tentang kognisi secara umum dan kesadaran akan, serta pengetahuan tentang,
kognisi diri–sendiri (Anderson, et al. 2001: 82).Metakognisi merupakan istilah
yang diperkenalkan Flavell tahun 1976. Flavell, (Murni, 2010) menyatakan bahwa
metakognisi merupakan kesadaran seseorang tentang proses kognitifnya dan
kemandiriannya untuk mencapai tujuan tertentu.
Misalnya siswa SMP mempelajari materi bilangan
bulat, dia perlu menyadari pengetahuan yang dimilikinya tentang konsep dan
sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat yang telah dipelajarinya dari SD,
mengetahui dan memahami prosedur operasi hitung bilangan bulat yang
dilakukannya dan menyadari kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan
masalah terkait bilangan bulat.
Pengetahuan metakognitif memuat pengetahuan
deklaratif (declarativeknowledge), pengetahuan prosedural (procedural
knowledge), dan pengetahuan kondisional (conditional knowledge) (OLRC News,
2004). Pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan
tentang diri sendiri sebagai pebelajar serta pengetahuan tentang strategi,
keterampilan dan sumber-sumber belajar yang dibutuhkannya untuk keperluan
belajar. Pengetahuan
prosedural yaitu pengetahuan tentang bagaimana menggunakan segala sesuatu yang
telah diketahui dalam pengetahuan deklaratif dalam aktivitas
belajarnya.Pengetahuan kondisional yaitu pengetahuan tentang bilamana
menggunakan suatuprosedur, keterampilan, atau strategi dan bilamana hal-hal
tersebut tidak digunakan, mengapa suatu prosedur berlangsung dan dalam kondisi
yang bagaimana berlangsungnya, dan mengapa suatu prosedur lebih baik daripada
prosedur-prosedur yang lain. Oleh sebab itu pengetahuan metakognitif dianggap
sebagai berpikir tingkat tinggi karena melibatkan fungsi eksekutif yang lebih
mengkoordinasikan perilaku pembelajaran.


Wahh menarik sekali kak postingannya
BalasHapus:)
BalasHapus